Senin, 18 Juli 2011

Menyesal Mendukung LPI...

awalnya mungkin seperti malaikat yang seolah-olah membawa cahaya bagi persepakbolaan Indonesia, LPI (Liga Primer Indonesia) dibentuk dengan gembor-untuk menciptakan liga dan persepakbolaan yang baru dan lebih profesional untuk Indonesia. memang mungkin cukup menggembirakan ketika adanya liga ini mampu merebut perhatian masyarakat sepakbola Indonesia dan berhasil menggulingkan dinasti Nurdin Halid. Namun dalam perjalanan selanjutnya para tokoh-tokoh LPI itu sendiri berlagak seperti ingin meneruskan apa yang telah dilakukan Nurdin Halid terhadap sepakbola Indonesia, yaitu menghancurkan sepakbola Indonesia dengan topeng-topeng bertuliskan kemajuan persepakbolaan.

Dimulai dari gagalnya kongres PSSI yang diadakan di Pekanbaru Riau. terjadi kericuhan di kongres tersebut dan membuka mata FIFA untuk melakukan suatu tindakan terhadap PSSI. akhirnya FIFA membentuk komite normalisasi yang dipimpin oleh Agum Gumelar. Cukup positif kinerja komite ini sebagai kepanjangan tangan dari FIFA. kemudian komite ini melaksanakan Kongres PSSI di Jakarta. sesuai keputusan FIFA, ada 4 nama yang tidak boleh mencalonkan diri dalam bursa pemilihan ketum PSSI. mereka adalah Nurdin Halid, Arifin Panigoro, George Toissutta, dan Nirwan Bakrie. awalnya saya kecewa terhadap keputusan ini. saya tidak menemukan alasan kenapa Arifin dan George dilarang maju menjadi calon ketum. tapi semuanya adalah kewenangan FIFA.

Kongres dimulai dan tidak berlangsung lama. mayoritas pemilik suara di PSSI adalah pendukung Arifin dan George. maka mereka tetap tidak terima calon yang mereka usung disingkirkan begitu saja. akhirnya kongres macet dan Indonesia dalam suasana persiapan mendapat sanksi karena peristiwa ini. disini awal mula kekecewaan saya terhadap Arifin panigoro.

Hari berlanjut, ternyata FIFA tidak menjatuhkan sanksi terhadap PSSI. namun PSSI diperintah untuk mengadakan kongres ulang dengan aturan yang sama. tanpa Arifin dan George. pesimis benar-benar dirasakan publik sepakbola dengan aturan itu. melihat fakta bahwa mayoritas pemegang suara di PSSI adalah pendukung AP dan GT. saya pun menjadi malas melihat update terbaru persepakbolaan Indonesia.

dari kota Solo, kongres dilaksanakan. diluar dugaan, kongres jauh dari suasana ricuh. semua aman terkendali walaupun AP dan GT tetap tidak dicalonkan. sampai akhirnya saya baru mengerti bahwa kubu AP dan GT memindahkan suaranya untuk kandidat Johar Arifin Hussein. Ya, sebagai orang biasa yang tak tahu apa-apa saya tetap wait and see terhadap semua ini. diluar itu, saya mengucap syukur karena akhirnya PSSI keluar dari ancaman sanksi FIFA.

Beberapa hari kemudian di bulan yang sama (Juli 2011), kejutan terjadi lagi di sepakbola Indonesia. Alfred Riedl (pelatih timnas Indonesia) yang mempersiapkan proses pelatihan timnas pra piala dunia 2014 dipecat oleh PSSI. Padahal waktu itu Timnas hanya mempunyai waktu 10 hari sebelum bertandang ke Turkmenistan. Anehnya, bukan Ketua Umum PSSI yang berbicara mengenai masalah ini. justru Arifin panigoro yang notabene tidak punya kekuasaan apa-apa di PSSI malah menjelaskan perkara pemecatan pelatih tersebut.

Afred Riedl masih terikat kontrak 2 tahun dengan PSSI. pemecatan itu sangatlah buruk menurut saya mengingat Alfred-lah yang memberi inspirasi pengalaman baru sistem kepelatihan untuk sepakbola negeri ini. dia juga sudah membawa Indonesia untuk sekali lagi mencicipi euforia partai final, walaupun gagal memberi gelar juara. namun tetap saja, ialah sosok yang berjasa bagi sepakbola negeri ini. 

sekarang terbuka semua kedok Arifin Panigoro dkk dalam percaturan sepakbola Indonesia. dan sekali lagi saya menyesal telah mendukung beliau dan LPI nya. dan saya hanya bisa berharap yang terbaik untuk sepakbola negeri ini.

wajah Alfred Riedl terlihat lagi di salah satu iklan televisi. semoga beliau masih terlihat di persepakbolaan indonesia walaupun tidak menjadi pelatih Timnas.

#Thank's Mr. Riedl..

2 komentar:

  1. kekecewaan bisa bertambah besar...jika klub LPI tiba - tiba jadi peserta kompetisi pada level tertinggi sepakbola Indonesia.

    Mereka selalu menggaungkan punya dana besar, dan klub LPI non APBD. Tapi Medan Chiefs sudah bubar karena ketiadaan dana. Kemandirian klub LPI tergantung dari kocoran dana Arifin Panigoro.

    BalasHapus
  2. iya benar. profesionalitas yang mereka gembar gemborkan ternyata nol besar. uang arifin sama aja kayak apbd dalam kompetisi pssi

    BalasHapus

jangan lupa komentarnya yaaa :D
komentar anda adalah apresiasi untuk para blogger.