Minggu, 13 Juni 2010

Sepakbola Indonesia di Masa Lalu

Kaget, dapat artikel di internet tentang masa lalu sepakbola Indonesia. Ternyata negara ini pernah memiliki catatan-catatan rekor yang fenomenal di kancah sepakbola Asia waktu itu. Ternyata tidak salah statement petinggi AFC bahwa Indonesia di masa lalu adalah macan asia dan "Brazil"nya sepakbola Asia.

"Israel nyaris lolos langsung ke piala dunia 1958 tanpa melakukan 1 pertandingan pun karena semua lawannya menolak untuk bertanding (Turki lawan pertama Israel mengundurkan diri karena menolak bertanding di zona asia (Asia-Afrika). Indonesia dan Sudan menolak bertanding melawan Israel). FIFA menegaskan tidak bisa ada satu tim pun lolos ke piala dunia tanpa memainkan satu pertandingan kecuali tuan rumah dan juara bertahan, sehingga FIFA mengadakan play off khusus. Belgia kemudian juga menolak melawan Israel dan hanya Wales yang bersedia melawan Israel. Wales menang dengan skor masing-masing 2-0 di kandang dan tandang." (www.fans.bolanews.com).


"Pada kualifikasi Piala Dunia 1958 di Swedia, Indonesia dan negara-negara Arab menolak bertanding melawan Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Dalam kasus Indonesia, sebenarnya tim Garuda bersedia meladeni Israel. Syaratnya: pertandingan dihelat di negara netral. FIFA menolak, karena berpegang pada prinsip bahwa sepakbola tak ada kaitannya dengan politik. Indonesia, yang melaju ke putaran kedua setelah menyingkirkan Republik Rakyat China, pun memilih mundur dari kualifikasi, bahkan membuang kartu FIFA-nya. Tim Garuda pun absen cukup lama dari ajang resmi FIFA hingga 1974. Padahal pada 1950-an tim Garuda dianggap sebagai salah satu tim terkuat di Asia." (www.majalah-historia.com)

Pada saat itu Indonesia benar-benar berpeluang untuk pertama kalinya (sejak 1945) masuk dalam ajang piala dunia. Pada kualifikasi zona asia-afrika, Indonesia berhasil mengalahkan China, dan lawan selanjutnya adalah Israel. Namun sesuai perintah Bung Karno, timnas menolak bertanding dengan Israel karena pemerintah RI menolak eksistensi Israel (tidak memiliki hubungan diplomatik) sebagai solidaritas terhadap rakyat Palestina. Sebagai gantinya, pemerintah memberikan opsi kepada FIFA untuk melaksanakan pertandingan di tempat netral dan tanpa menyanyikan lagu kebangsaan (ketika itu presiden menunjuk Dhaka (Bangladesh)). Namun FIFA menolak dengan alasan "sepakbola bukan politik". 

Namun meskipun gagal masuk piala dunia dengan alasan politis, namun Indonesia masih menunjukkan taringnya di pentas sepakbola asia-pasifik. Indonesia juga sering kedatangan "tamu" istimewa dari berbagai belahan dunia.
Turnamen segitiga antara PSSI tamtama, Ajax Amsterdam, dan Manchester United di Gelora Bung Karno menandai awal kejayaan sepakbola Indonesia. Meskipun pada turnamen ini Indonesia berada di posisi juru kunci, namun Indonesia berhasil menahan imbang Manchester United 0-0.

Nama-nama legenda sepakbola seperti Lev Yashin (kiper Uni Sovyet (namanya diabadikan sebagai penghargaan untuk kiper terbaik di setiap piala dunia)), Pele (legenda sepakbola brazil), Franz Beckenbauer (legenda sepakbola Jerman (Jerman Barat)), dan Johan Cruyff (otak total football Belanda), Ruud Gullit (Belanda), Mario Kempes (Argentina) pernah hadir di stadion GBK.

Dalam periode 1975-1976 saja tak terhitung klub yang datang ke Jakarta, Medan, dan Surabaya. Independiente (Argentina (Juara Copa Libertadores 1974)), Rosario Central (Argentina), Dnepr (Uni Sovyet), Offenbach Kickers (Jerman Barat), Benfica (Portugal), Grasshopper (Swiss), Middlesex Wonderers, Stoke City (Inggris), Hajduk Split (Yugoslavia), Brno (Cekoslovakia).

Pada tanggal 6 oktober 1976, klub Sao Paolo (Brazil) melakukan laga eksebisi melawan PSSI Harimau, dan berakhir imbang dengan skor 1-1. 20 mei 1985, Indonesia kedatangan klub asal Brazil lagi. Kali ini Santos, dan skor berakhir 1-0 untuk kemenangan Santos atas PSSI Garuda.

Arsenal (Inggris) juga sempat bertandang di Medan (melawan PSMS Medan dengan skor akhir 3-0 untuk kemenangan Arsenal), Jakarta (melawan PSSI selection dengan skor 5-0 untuk  kemenangan Arsenal), dan Surabaya (melawan Niac Mitra). saat melawan Niac Mitra, Arsenal kalah 0-2. AC Milan (Italia), juga pernah melaksanakan laga eksebisi di Jakarta melawan Timnas Indonesia dan Persib Bandung. Kota Bandung dan Jakarta juga pernah disinggahi klub Belanda PSV Eindhoven. Lazio (Italia)pun sempat menjajal kekuatan timnas di Jakarta dan berakhir dengan skor 5-2 untuk kemenagan Lazio (dua gol Indonesia dilesakkan oleh Widodo C. Putra).
Sampai tahun 1980an dan bahkan 1990an, Indonesia masih menunjukkan taringnya di Asia. Bersama dengan Burma (Myanmar), dan Israel (ketika masih AFC) menjadi macan sepakbola Asia. 

Memasuki masa milenium (era 2000an), keterpurukan Indonesia semakin terasa. dimulai sejak praktek perjudian bola yang marak di tahun 1990an membuat PSSI melakukan blunder sejarah dengan menggabungkan kompetisi semi profesional Galatama dan kompetisi amatir perserikatan. Sampai dengan tahun 2010, Indonesia benar-benar tanpa prestasi sepakbola bahkan untuk level asia tenggara.

Di tengah-tengah keterpurukan itu, berita mengejutkan justru datang dari Hongkong di tahun 2004, dimana AC Milan melakukan tour Asia dan melaksanakan laga eksebisi melawan klub asal Hongkong dengan hasl 2-1 untuk kemenangan klub Hongkong tersebut. Satu gol AC Milan dicetak oleh Andriy Shevchenko, dan dua gol klub hongkong dicetak oleh Rocky Putiray (Pemain asal Indonesia).

sumber : 
totalfootballindonesia.blogspot.com
fans.bolanews.com
majalah-historia.com.




9 komentar:

  1. masa lalu yang indah...minimal kita harus bisa mengulang mimpi itu, maksimalnya Indonesia harus melompat jauh melebihi kenangan masa lalu...Jaya Indonesia!!!

    BalasHapus
  2. bener2...
    paling nggak indonesia punya sejarah yg bagus dalam sepakbola.
    harapan masa depan yg cerah masih ada bro...
    tinggal nunggu perubahan di pssi nya aja...

    BalasHapus
  3. Untuk mengenangnya Saya ingin nama2 TimNas PSSI zaman Andilala dan anjasmara, siapa saja ya TIm Lengkapnya?

    BalasHapus
  4. "kiper roni paslah, anjas asmara, andi lala, tembakan abdul kadir, bola melintir, wasit nyengir"...Jaya indonesia

    BalasHapus
  5. Memang sepak bola Indonesia lebih kuat dulu dibanding sekarang

    BalasHapus
  6. tetep optimis ya bung :D kita punya bakat2 unggul. hanya saja kita butuh kearifan pihak2 pemegang organisasi sepakbola

    BalasHapus
  7. Indonesia Bisa,
    Insyallah....
    yakin dan optimis

    BalasHapus
  8. bisa kok. pasti bisa :D semoga pemegang organisasi melihat

    BalasHapus

jangan lupa komentarnya yaaa :D
komentar anda adalah apresiasi untuk para blogger.